MAKASSAR. KATABERITA.CO – Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin mengajak seluruh elemen ketenagakerjaan untuk mengakhiri pola komunikasi seremonial yang hanya ramai menjelang Hari Buruh.

Menurutnya, sinergi antara buruh, pemerintah, dan pengusaha harus dibangun secara konsisten, bukan hanya simbolik.
“Kalau isu buruh baru dibahas setahun sekali, bagaimana mau selesai? Kita butuh duduk bersama secara reguler. Tripartit ini harus aktif minimal sebulan sekali,” tegas Munafri, Kamis (1/5/2025), dalam momentum peringatan Hari Buruh Internasional.
Baca Juga : 2.000 Sambungan Air Bersih Gratis Makassar Segera Diluncurkan
Ia menyatakan, forum tripartit bukan hanya ruang curhat, melainkan ruang strategis menyelesaikan persoalan langsung di akar. Jika masalah menyangkut ranah pemerintah, ia memastikan akan turun tangan.
Jika itu tanggung jawab dunia usaha, maka pengusaha wajib memberi solusi. Begitu juga bila persoalan muncul dari internal buruh, perlu diselesaikan dari dalam.
“Yang saya dorong adalah pola kerja baru yang melahirkan kesejahteraan nyata. Aspirasi buruh itu penting, tapi harus ditindaklanjuti dengan aksi konkret, bukan hanya orasi,” katanya.
Baca Juga : 100 Hari Mulia: Fondasi Kota Baru Dimulai, Tujuh Program Unggulan Bergerak Serentak
Munafri bahkan menawarkan pendekatan humanis dalam forum tripartit, seperti mengadakan makan siang bersama usai pertemuan bulanan.
“Coba kita gelar di Karebosi, makan bareng. Ini bukan cuma soal formalitas, tapi membangun rasa percaya di antara kita,” ungkapnya.
Ia juga menekankan pentingnya refleksi pada Hari Buruh. Bukan sekadar memperingati, tetapi menjadikan 1 Mei sebagai titik balik komunikasi yang jujur, terbuka, dan solutif di semua lini ketenagakerjaan.
Baca Juga : Wali Kota Munafri dan PLN Sepakat Percepat Elektrifikasi Kepulauan Makassar
“Kita evaluasi isu-isu setiap bulan. Kalau sudah selesai, bagus. Kalau belum, kita bahas lagi. Yang penting, tidak ada yang dibiarkan mengendap. Komunikasi aktif adalah kunci utama,” tegasnya.
Munafri berharap pola kolaboratif tripartit bisa menjadi warisan baru dalam membangun hubungan industrial yang sehat, adil, dan berkelanjutan di Kota Makassar. (Jie_e).