MAKASSAR, KATABERITA.CO – Dalam rangka mendukung pengembangan Makassar Low Carbon City dengan Metaverse, Professor of Sustainable Development MONASH University, Prof Tony Wong memaparkan pandangannya terkait The Role of Digital Technology in Implementing Water Sensitive Cities atau Peran Teknologi Digital dalam Penerapan Kota Sensitif Air.
Paparan itu ia sampaikan secara virtual dalam agenda Rapat Koordinasi Khusus (Rakorsus) Pemkot Makassar 2024 yang digelar Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) di Hotel Four Points, Senin (26/2).
Dalam penjelasannya, Prof Tony Wong menyoroti hubungan yang kompleks antara tantangan global, terutama terkait air, iklim, dan pembangunan berkelanjutan.
Baca Juga : Pejabat Pemkot Makassar Belajar ke Kota Maniwa Jepang, Ingin Adopsi Program Zero Carbon City
Tony Wong menjelaskan solusi untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah disusun oleh 169 negara anggota PBB pada tahun 2015 lalu untuk dicapai pada 2030 mendatang haruslah terintegrasi dan berkelanjutan, karena berbagai masalah saling terkait.
“Dari hasil analisis kami, ditemukan bahwa 50 dari 116 yang terkait dengan SDGs itu terkait langsung dengan manajemen air, Jadi hampir setengah dari target SDGs itu terkait dengan penanganan air,” ungkap Tony Wong.
Dalam konteks ini, lanjut Tony Wong, teknologi digital memainkan peran penting.
Penggunaan teknologi untuk manajemen air, penggunaan air, dan daur ulang dapat memberikan solusi yang efektif.
Misalnya, dalam penanganan banjir, teknologi digital dapat digunakan untuk mengoptimalkan sistem drainase, bahkan dengan memanfaatkan terowongan.
“Penanganan air berpengaruh kepada banyak hal, jadi apapun solusi yang ditawarkan, kita harus selalu melihat siapa dan apa yang berdampak atas solusi tersebut agar bisa melihat hasil sesuai dengan yang kita inginkan,” sebutnya.
Baca Juga : Danny Pomanto Ingin Bangun Kantor Perwakilan Pemkot Makassar di IKN
Selain itu, integrasi teknologi juga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pengelolaan air dan respon terhadap bencana seperti banjir.
Dengan demikian, teknologi digital tidak hanya menjadi alat untuk meningkatkan efisiensi, tetapi juga memperkuat keterlibatan publik dalam pembangunan kota yang ramah air.
Melalui pendekatan ini, kata Tony Wong, Kota Makassar dapat menjadi lebih tangguh terhadap perubahan iklim sambil mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama dalam menghadapi tantangan terkait air dan iklim.
Baca Juga : Kebutuhan Anggaran Akses Jalan Menuju Stadion Internasional Sudiang Ditaksir Hingga Rp300 Miliar
“Dengan memahami iklim kita bisa mengambil tindakan yang tepat. Kita tidak bisa tidak mengacuhkan adaptasi iklim, dan penggunaan digital teknologi sangat penting perannya dalam rangka adaptasi tersebut,” tutupnya.